14th Oct, 2010

organisasi learning

Proses pembelajaran organisasi memiliki beberapa komponen yaitu meliputi mentransfer, membagikan, dan menciptakan pengetahuan. Pada tahap organisasi, berbagai pengetahuan merupakan bagian yang sangat penting Fiol dan Lyles dalam Jashapara (2003) memandang pembelajaran organisasi sebagai perbedaan antara:

a. Pengembangan kognitif (Cognitive development)

Pengembangan kognitif dipandang sebagai perubahan organisasional yang mempengaruhi

interpretasi peristiwa dan pengembangan berbagai pengertian diantara anggota organisasi

(Daft et al., 1988).

b. Pengembangan keperilakuan (Behavioural development)

Pengembangan keperilakuan dipandang sebagai respon atau tindakan baru berdasarkan

interpretasi yang ada. Argyris dan Schein (1978) menunjuk pembelajaran perilaku

sebagai “single-loop” learning. Hal ini memerlukan deteksi dan koreksi kesalahan yang

mengarah pada modifikasi peraturan dalam sekumpulan variabel perintah yang

ditetapkan. Tingkat kognitif yang lebih tinggi disebut “double-loop” learning, terjadi

ketika asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip yang merupakan variabel perintah diuji dan

dipertanyakan. Hayes dan Allinson (1998) menyatakan dengan lebih ringkas “doing

things better” untuk singleloop learning dan “doing things differently or doing different

things” untuk double-loop learning

Penting nya kegiatan manajemen pengetahuan bagi pembelajaran organisasi adalah ;

a. Membangun ruang penyimpanan pengetahuan (knowledge repository),

b. Menyempurnakan akses ke pengetahuan,

c. Memperbaiki lingkungan pengetahuan, dan

d. Mengelola pengetahuan sebagai kekayaan organisasi (aset).

Pengembangan kapasitas SDM di segala lini organisasi sangatlah mutlak dibutuhkan, baik melalui perbaikan input, proses maupun output-nya. Beberapa alasan yang mendasari pemikiran ini adalah  karena adanya terpaan globalisasi, di mana memberikan konsekuensi atas berkembangnya kompetisi pasar, penurunan angkatan kerja berkualitas, waktu yang semakin terbatas, serta faktor-faktor perubahan yang datangya dari luar. Mau tidak mau organisasi harus berusaha seoptimal mungkin untuk mengembangkan kapasitas SDM yang dimiliki semaksimal mungkin, salah satunya adalah dengan memperkenalkan KM. Pengalaman di 3 M (Brand, 1998) menyebutkan untuk memperoleh integrasi secara total dalam penerapan KM, organisasi perlu untuk mensinergikan dengan budaya organisasi, di mana akan diperoleh sebuah area yang disebut dengan “tacit to tacit”, artinya bahwapengetahuan tersembunyi dari individu, kelompok, serta sistem organisasi harus berseinergi dengan budayaorganisasi. Senada dengan hal tersebut, perlu disadari bahwa iklim ketenaga keriaan Indonesia dewasa ini sangatlah beragam, sehingga akan memunculltan budaya organisasi yang beragam pula. Lebih lanjut seiring dengan tuntutan efisiensi aktivitas organisasi, Jones, et al. (2003) menitik beratkan akan pentingnya organisasi memiliki sistem memori, sehingga KM akan berjalan dengan baik. Sistem memeori yang banyak dimiliki oleh organisasi dewasa ini adalah Sistem Informasi Manajemen (SIM). Dengan keberadaan SIM akan menjadi mudah untuk mengintegrasiltan tacit-tacit, yang muncul dengan pengalaman organisasi sehingga akan menjadikan organisasi tersebut belajar serta berubah secara berkelanjutan. Sehingga dalam penerapan KM sangatlah mutlak dibutuhkan peran organisasi secara aktif dengan prinsip empowerment secara integral di segala lini organisasi akan memudahkan memperoleh kontribusi dari secara integral di segala lini organisasi akan memudahkan memperoleh kontribusi dari tacit-tacit. yang sadar atau tidak disadari dalah sumber dari proses belajar organisasi, inovasi organisasi serta perubahan organisasi. Mengetahui pentingnya KM dalam organisasi tidak bisa terlepas dari manajemen perubahan. Karenapada hakikatnya KM bertujuan untuk “merubah juga”. Menurut Worren, Ruddle dan Moore (1999) istilah manajemen perubahan (change management) saatini dipakai untuk mencakup teori dan praktik yang berhubungan dengan pengembangan organisasi, SDM, manajemen proyek, dan perubahan strategi organisasi. Selain itu, ada beberapa komponen lain yang perlu diperhatikan dalarn manajemen perubahan, yakni:

  • Pengembangan strategi
  • Penyempurnaaii proses
  • Penerapan teknologi

Tujuan utamanya seringkali adalah mengintegrasikan komponen-ltomponen ini, misalnya dengan menciptakan kesetaraan antara penetapan tujuan-tujuan strategis dengan kebijakan SDM atau membangun infrastruktur teknologi infomasi baru untuk mendukung terciptanya kerjasama antar karyawan, sehingga karyawan akan dapat termotivasi di dalam berbagi pengetahuan yang nantinya akan menghasilkan sebuah KM yang terintegrasi secara total dengan misi organisasional.

Leave a response

Your response:

Categories