27th Oct, 2010

Pengembangan Digital Knowledge- Based (ENABLERs) untuk Mendukung Kegiatan Ke-LITBANG-an*)

studi casus : perkebunan

Pendahuluan
Era globalisasi juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat. Kemampuan suatu negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah
satu faktor daya saing yang paling penting dewasa ini. Manakala suatu negara mencoba
mengembangkan skala ekonominya, maka ia membutuhkan tingkat pengetahuan yang semakin
luas untuk mampu berkompetisi di pasar dunia dan meningkatkan kesejahteraannya.
Konsekuensinya iptek dan globalisasi telah mempercepat perubahan-perubahan di seluruh
kawasan dunia menjadi semakin terbuka, transparan dan bebas hambatan.
Menyadari akan persaingan yang semakin berat, maka perlu ada perubahan paradigma dari yang


Pendahuluan

Era globalisasi juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

sangat pesat. Kemampuan suatu negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah

satu faktor daya saing yang paling penting dewasa ini. Manakala suatu negara mencoba

mengembangkan skala ekonominya, maka ia membutuhkan tingkat pengetahuan yang semakin

luas untuk mampu berkompetisi di pasar dunia dan meningkatkan kesejahteraannya.

Konsekuensinya iptek dan globalisasi telah mempercepat perubahan-perubahan di seluruh

kawasan dunia menjadi semakin terbuka, transparan dan bebas hambatan.

Menyadari akan persaingan yang semakin berat, maka perlu ada perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan pada resource-based competitiveness menjadi knowledge-based

competitiveness. Kedua konsep ini sangat berbeda dimana konsep yang pertama bertumpu pada

keunggulan sumber daya alam, lokasi dan kondisi geografis. Sebaliknya konsep yang terakhir

bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta pembangunan SDM.

Disinilah peran pendidikan dan ilmu pengetahuan menjadi amat krusial. Bangsa-bangsa

bersaing dengan menggunakan “otak” ketimbang “otot”1. Kemampuan suatu bangsa untuk

mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan mengembangkan pengetahuan serta

keterampilan tenaga kerjanya menjadi sangat vital dalam memenangkan persaingan global.

Dalam kerangka pikir ini, knowledge tidak akan diterjemahkan, karena pengertian knowledge itu

sendiri masih diperdebatkan. Knowledge bukan hanya pengetahuan. Thomas Davenport dan

Laurence Prusak mendefinisikan knowledge sebagai berikut:

“Knowledge” merupakan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontektual,

pandangan pakar dan instuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka

untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi.


Di perusahaan knowledge sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan

barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma perusahaan ke segala macam kegiatan bisnis untuk pencapaian tujuan bisnis. Kirk Klasson mengartikan

knowledge management sebagai kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan

peningkatan nilai dari inti kompetensi bisnis.

Perusahaan dengan tingkat nilai pasar yang tinggi sebenarnya merupakan perusahaan yang

mempunyai aset yang tidak terlihat (intangible assets), yaitu modal intelektual. Modal

intelektual merupakan aset yang tidak dapat diukur tetapi digunakan di perusahaan demi

keuntungan perusahaan. Dengan demikian kemampuan perusahaan untuk mengeksploitasi aset

yang tidak terlihat (intangible assets) menjadi lebih penting dari pada kemampuan mereka

untuk investasi dan mengelola aset fisik mereka. Apabila pasar berubah, maka ketidak pastian

akan mendominasi, teknologi berkembang, pesaing berlipat ganda, dan produk dan jasa menjadi

sangat cepat kedaluwarsa. Karena itu perusahaan yang sukses dalam meningkatkan daya

saingnya dicirikan pada kemampuan mereka untuk secara konsisten mengembangkan

knowledge baru, disebarluaskan secara cepat dan dikaitkan dengan produk dan jasa baru tadi.

Jadi perusahaan yang sukses terletak pada kaitannya secara mendalam dengan sistem intelektual.

Kegiatan pengembangan produk, jasa dan proses yang didasarkan pada knowledge harus

menjadi fungsi internal utama dari perusahaan dalam upayanya untuk menciptakaan daya saing

jangka panjang.Beberapa perusahaan mencoba melakukan pengelolaan knowledge dan kompetensi mereka agar

dapat bersaing secara efektif di pasar yang sangat kejam. Perusahaan-perusahaan tersebut

mengaplikasikan aspek strategi dan desain dari strategi knowledge management. Hal tersebut

didorong oleh kepentingan bisnis dan strategi sistem knowledge management yang didesain

dengan baik. Knowledge merupakan kunci yang akan membedakan satu perusahaan dengan

perusahaan lain dalam usaha mereka untuk belajar keluar dari bahaya (survive).

Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995), alasan fundamental mengapa perusahaan Jepang menjadi

sukses karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pada penciptaan knowledge

organisasi. Penciptaan knowledge dicapai melalui pengenalan hubungan yang sinergistik antara

knowledge tacit dan explicit. Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi (tahun 1991 dan 1995)

membedakan antara explicit dan tacit knowledge. Dia mengatakan bahwa inti dari penciptaan

knowledge adalah perbedaan antara konsep lama dari tacit dan explicit knowledge.

Menurut mereka ada 4 model konversi yaitu dari tacit ke explicit knowledge; dari explicit ke

explicit knowledge; dari explicit ke tacit knowledge dan dari tacit ke tacit knowledge. Dari tacit

knowledge ke explicit knowledge harus dilakukan dengan eksternalisasi, yaitu penyebarluasan

knowledge, dan hasilnya berupa conceptual knowledge. Dari explicit ke explicit knowledge

merupakan suatu kombinasi (combination) yang berhubungan dengan information processing,

yang hasilnya berupa systemic knowledge. Dari explicit ke tacit knowledge, harus merupakan

internalisasi, dan hasilnya berupa sesuatu yang berhubungan dengan organizational learning.

Dari tacit ke tacit knowledge, harus merupakan sosialisasi yang ditekankan pada suatu budaya

perusahaan melalui group processing. Maka hasilnya adalah symphatized knowledge.

Kegiatan Digital KM

Kegiatan digital KM masuk Riset Kompetitif LIPI dalam penelitian klaster knowledge

management merupakan kegiatan penelitian lanjutan dari tahun 2002, 2003 , 2004 dan

masuk penelitian tematik pada tahun 2005. Pada tahun 2003 kegiatan diarahkan untuk

menyusun sistem explicit yang akan mengintegrasikan atau mengkombinasikan berbagai

explicit lain ke dalam suatu sistem informasi yang terpadu, user friendly, dan bermanfaat bagi

user (peneliti dan masyarakat) dalam mendapatkan knowledge, yang mereka perlukan.

Hal tersebut ditujukan untuk menjadi model organisasi informasi dan pengetahuan. Untuk itu

sistem yang disusun ini mendasarkannya pada tiga model dari penggunaan informasi d

knowledge agar menjadi organisasi yang disebut the knowing organization, yaitu model sense

making, knowledge creating dan decision making. Pada model sense making, informasi

diinterpretasikan bersama (shared interpretations), sehingga dapat dibentuk arti dan pentingnya

informasi dan pengetahuan ini bagi pengembangan inovasi. Sedangkan knowledge creating,

adalah mengekploitasi informasi dan pengetahuan dari sistem tersebut untuk terjadinya inovasi

dan memperluas pemilihan. Sedangkan dalam decision making, diupayakan untuk

menggunakan kajian atau analisis dari informasi dan inovasi tersebut untuk pengambilan

keputusan yang akan mengligimatisasikan tindakan mereka. Untuk itu diperlukan linkage antara

lembaga penelitian, universitas dan industri/perusahaan. Maka upaya industri/perusahaan dalam

daya saing dapat didukung oleh inovasi yang timbul dari knowledge sharing melalui sistem

tersebut. Selain itu, kegiatan pada tahapan ini adalah mengidentifikasi tacit dari lembaga puslit

LIPI seperti : mengenai explicit yang terintegrasi dalam sistem informasi dan pengetahaun

tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan internalisasi dari pengalaman melalui model

knowledge creation tersebut di atas ke dasar tacit knowledge individu (individuals’ tacit

knowledge bases). Lembaga puslit lain yang dipilih adalah beberapa puslit LIPI. Hal tersebut

berhubungan dengan kasus produk yang dipilih yaitu jambu mete (untuk detail design).

Untuk kegiatan lanjutan tahun 2004 dan 2005, akan dilanjutkan dengan kegiatan tacit

knowledge ke tacit knowledge malalui sosialisasi dan tacit knowledge tersebut akan dijadikan

explicit knowledge, serta membangun organizational knowledge management systems

memerlukan empat fungsi yaitu: using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan

packaging knowledge yang akan membentuk suatu knowledge untuk menjawab pertanyaan

mengenai know-how, know-what, know-why, dan menumbuhkan kreatifitas (self-motivated

creativity), tacit pribadi (personal tacit), tacit yang membudaya (cultural tacit), tacit organisasi

(organizational tacit) dan asset peraturan (regulatory assets).

Tujuan

Kegiatan Digital KM pada penelitian lanjutan ini adalah menyusun suatu kerangka model dan

sistem applikasi KM di lembaga penelitian yang bermanfaat bagi peneliti, petani, dan

pengusaha, serta user friendly dan terpakai dari sosialisasi dan eksternalisasi tacit dan explicit

knowledge sehingga menjadi suatu kesatuan knowledge management (kombinasi dan

internalisasi) untuk mendukung timbulnya using, finding dan creating knowledge di lembaga

riset, sentra petani/pengusaha dan perguruan tinggi guna berdaya saing produknya

Sasaran

•Menyusun kerangka model sosialisasi dan eksternalisasi tacit dan explicit knowledge;

•Mengkombinasikan antara kombinasi dan internalisasi tacit dan explicit knowledge

dari yang sudah dikembangkan terlebih dahulu di tahun yang lalu;

•Membangun sistem KM yang mendukung linkage knowledge antara lembaga litbang,

universitas dan industri/perusahaan guna peningkatan daya saing.

Perumusan masalah

• Bagaimana fungsi knowledge creating, knowledge finding dan packaging knowledge

dapat dibuat dalam suatu sistem dan kerangka model KM di lembaga litbang dengan

studi kasus bidang perkebunan dapat terwujud ?

• Bagaimana membentuk jaringan yang saling sinergi antar peneliti, petani, pengusaha

dan lembaga perguruan tinggi, dengan beberapa model knowledge sharing atau model

konversi tacit ke tacit dapat terjadi ?

• Bagaimana membangun model knowledge management dan knowledge sharing di

lembaga riset agar dapat di implementasikan untuk mendukung daya saing bidang

perkebunan ?

Metodologi

SSM (Soft System Methodology) yang berdasarkan sistem berpikir, yang memungkinkan dapat

menjelaskan dan mendifinisikan masalah, tetapi fleksibel dalam penggunaan dan luas ruang

lingkupnya. Siklus pengetahuan ini sangat kompleks, dan diharapkan dengan penggunaan SSM

ini dapat mendukung analisis dari masalah yang kompleks tersebut.

SSM adalah suatu pendekatan yang melibatkan proses-proses sebagai berikut:

– proses pembelajaran yaitu proses belajar dari interaksi subyek, sosial, dan politik dalam

sistem yang tidak diinginkan (situasi problematik);

– melibatkan proses kreasi model konseptual untuk tindakan perubahan atas situasi

problematik ini. Proses-proses mengandalkan pada proses brain-storming dan

partisipasi antara analisis dengan fenomena sosial.

– SMM dilengkapi dengan teknik analisis perbandingan yang menggunakan expert

judgement choice melalui pembobotan terhadap berbagai variabel budaya perusahaan

yang sangat menunjang kinerja perusahaan.

– metoda yang digunakan terdapat enam tahapan dalam penerapan SSM, sebagai berikut:

1).problem situation unstructured (PSU): diagram dari struktur, entitas, situasi, proses,

hubungan dan konflik/masalah;

2).problem situation expressed (PSE): pengkajian intervensi atau interaksi peran, pengkajian

karakteristik sos-bud dari situasi melalui interaksi peran sosial, norma dan nilai, pengkajian

dari kekuatan politik atas situasi masalah melalui penjelasan dari komoditi kekuatan situasi;

1).problem situation unstructured (PSU): diagram dari struktur, entitas, situasi, proses,

hubungan dan konflik/masalah;

2).problem situation expressed (PSE): pengkajian intervensi atau interaksi peran, pengkajian

karakteristik sos-bud dari situasi melalui interaksi peran sosial, norma dan nilai, pengkajian

dari kekuatan politik atas situasi masalah melalui penjelasan dari komoditi kekuatan situasi;

3). Seleksi : dibuat root definisi, relevant root, kemudian menetapkan sistemnya, kemudian

diturunkan dari root definisi

Leave a response

Your response:

Categories